PEMBUATAN PERAHU TRADISONAL BANJAR

News. - Pulau Sewangi di kecamatan berangas Kabupaten Baritokula , Kalimantan Selatan sejak lama  menjadi  pusat pembuatan jangkung atau perahu dan perahu bermesin  alias  kelotok khas Kalimantan Selatan.

Penduduk di pulau ini rata-rata  berprofesi sebagai pembuat Jukung dan kelotok . pekerjaan ini  mereka jalani secara turun temurun , memasuki pulau kecil ini , tampaka sekali penduduknya sangat padat hampir di tiap rumah ada bengkel pembuatan jukung dan kelotok , baik besar maupun kecil.

Mereka tiap hari bekerja membuat jukung pesanan , tak hanya jukung atau kelotok untuk di pakai warga yang biasa mencari nafkah dari mengoperasikan perahu , tak jarang para wisatan berminat membeli.

Seorang pembuat perahu di sini adalah Ida, pria berambut lurus dan berkulit kuning sawo ini, berkata pernah ada wisatawan dari Nusa Tenggara barat  yang Memesan perahu di bengkelnya.

Kalau turis dari Eropa dan Korea banyak ke sini , mereka kebanyakan  bertanya-tanya  apa itu jukung  dan kelotok dan apa itu pak. ( peralatan pembuatan jukung dan kelotok untuk mengukur diameter perahu ). mereka agak aneh melihat perahu khas banjar , soalny di tempat mereka tidak ada.

Perahu-perahu khas Banjar dulu kebanyakan berbahan kayu ulin  atau kayu besi dan kayu cangal, sekarang , karena bahan itu sudah langkah , sehingga sudah sangat jarang di temui , padahal kualitasnya jauh lebih hebat di bandingkan  perahu-perahu sekarang  yang hanya  tahan 5 tahun hingga puluhan tahun.

Perahu-perahu buatan mereka ini sekarang kebanyakan berbahan kayu kelepek ,madi  hirang lanan dan kasak. proses pembuatan perahu ini sangat sulit, kayunya ketika masih merupakan gelondongan di bakar selama sekitar 2 jam agar memuai kemudia terbuka sehingga tak lagi keras , jika sudah tidak lagi terlalu keras,  akan mudah membentuknya menjadi bahan perahu.

Nah, proses pembakaranya di lakukan di daerah Manusup, Kabupaten KualaKapuas, Kalimantan Tengah , para perajinya disana kemudian menjual kerangka perahu yang sudah jadi itu ke para perajinya di pulau Sewangi ini.

Satu kerangkah di beli jutaan rupiah , harganya berbeda-beda tergantung jenis kayunya , ukuran kelotok yang du buatnya berbeda-beda ada yang sepanjang 4 dapa (8 meter) dan ada juga yang sepanjang 5,5 dapa , dapa adalah satuan ukur orang banjar zaan dahulu . 1 dapa = bentangan kedua tangan orang dewasa  di perkirakan sekitar 100cm.

Para perajinnya ini menjalani pekerjaan tersebut sejak masih muda, pekerjaan inia dalah warisan nenek moyang penduduk pulau Sewangi. tak heran jika mereka ini sangat piawai membuat perahu.
harga  perahu ini berbeda-beda  kalau yang ukuran empat dapa saya jual Rp. 3,5 juta. kalau yang 5,5 dapa 8 jutaan  , harganya emang mahal karena sepenuhnya di kerjakan  memakai tenaga  manusia dan waktunya lama, antara seminggu hingga 2 pekan untuk 1 perahu katanya".

Pembutan perahu lainnya , Ramadhan sudah menggeluti profesi ini sejak tahun 2000.dia merupakan generasi baru pembuat perahu di kelurganya. saat di tanya  tentang sejarah pembuatan perahu tradisonal banjar di pulau ini, dia mengaku tak tahu. pun saat di tanya tentang asal usul nama pulau Sewangi.

Dia hanya melakukan pekerjaan sekedar meneruskan amanat para leluhur  dari kelurganya agar tetap terus melestarikan pembutan jukung dan kelotok ini, saya tidak pernah mndengar cerita- cerita seperti itu. saya hanya meneruskan pekerjaan oran-orang tua kami dulu.katanya.